Kamis, 02 Februari 2017

Berita Kontroversi Masa Kini oleh Seorang Pelajar

Assalamu'alaikum , selamat pagi , siang , sore , dan malam every body. Selamat datang di blog saya. Blog kecil dengan ber-trilyun cerita. Kini menghadirkan berita fakta dan aktual menurut pandangan [seorang pelajar]. Saya update setiap malam, maklumlah masih pelajar jadi kosongnya jam malam. Oke lets check out .....

[UPDATE : 20.26 WIB/13-02-2017]

Hacuiihh , hrrr malem malem hujan jadi masuk angin. Tapi kalem post tetep lanjay :v.
Oke topik hari ini masih sama berkenaan bersama berita trending INDONESIANISME ... eh INDONESIA aja :'v.

 10 JUTA TKA CHINA di Indonesia??? Wow





Banyaknya TKA di Indonesia membuat pekerja lokal terancam, bahkan kalo ente liat di tv tv. Buanyak TKA yang tertangkap karena tidak adanya surat ijin resmi.

berikut beberapa link yang mimin dapat dari Yusup:

https://www.youtube.com/watch?v=S5FDW4mNHss
https://www.youtube.com/watch?v=v0cp4CpiAsI
https://www.youtube.com/watch?v=Q5tm0Y3SMFg
https://www.youtube.com/watch?v=mgG86FJXTdg
dan masih banyak lagi..., cek aja sendiri di yusup.. (youtube dot com)

Hadeuh makin banyak pengangguran kalo gini. Oke , bagaimanapun juga ada dampak positifnya gan. Mungkin salah satunya semangat kita semakin menggelora karena semakin banyak pesaing.

Akhirul kata, salam #hamasah

WARNING !!! : Konten yang ditampilkan bukan hak cipta saya , saya hanya mereview menurut pandangan pelajar. Jadi pastinya ada sumbernya ... wokkeh Matursuwun :D

Contoh Soal Fisika Gelombang dan Pembahasannya

1. Sebuah tali panjangnya 2m. Pada tali terdapat 4 gelombang dengan ujung ujungnya tertahan. Suatu titik P terletak 80 cm dari sumber gelombang mengalami simpangan. Jika v=10m/s. Tentukan ...:

a. Frekuensi gelombang (f)
b. Simpangan titik P jika A=2 cm dan sumber letak bergetar 2 s (Yp)

Jawab

Diketahui :
v=10m/s                                                x=80cm=0,8m

4λ=2m                                                   v=λ/T
λ=2/4                                                     10=0,5/T
  =0,5 m                                                  T=0,5/10 = 0,05

a. f?  f=1/T
          =1/0,05 = 20 Hz

b. Yp= 2Acos2π [x/λ] sin2π [t/T - l/λ]
         =2 x 2 x 1 x [0.8/0,5] x 0 x [2/0,05 - 2/0,5]
         = 4 [1,6] x 0 x [36]
         = 0

Jadi hasilnya frekuensi = 20 Hz dan simpangan P= 0


Minggu, 18 Desember 2016

Chord Surat Cinta - Inteam

Surat Cinta
by : Inteam

B
Telah ku terima surat-Mu
E  B
Yang telah Kau utus dahulu
E  Dbm
Ayat-ayat cinta dari cahaya-Mu
F#
Menyelimuti seluruh hatiku

B
Telah ku terima surat-Mu
E B
Yang telah Kau utus dahulu
E  Dbm
Berulang-ulang kali di fikiranku
F#  B
Betapa Kau mencintaiku

Chorus :
E
Pastinya
B
Bila ku merindu
Abm
Pada-Mu Surat-Mu
F#
kan ku baca selalu

B
Ku harap Kau akan menyebut namaku
E
Detik ku rindu
Dbm  F#
Saat ku baca surat-Mu
B
Hidupkanlah hatiku ini selalu
E
Dengan kalimah-MU
Dbm  B
Kalimah cinta teragung

B E F# Abm E F# B F#

B
Telah ku terima surat-Mu
E  B
Yang telah Kau utus dahulu
E  Dbm
Ayat-ayat cinta dari cahaya-Mu
F#
Menyelimuti seluruh hatiku

Ulang Chorus

E  F#
Sungguh makna cinta-Mu tiada penghujung
E  F#  Ab  Bb
Surat-Mu kan ku baca selalu

Eb
Ku harap Kau akan menyebut namaku
Ab
Detik ku rindu
Fm  Bb
Saat ku baca surat-Mu
Eb
Hidupkanlah hatiku ini selalu
Ab
Dengan kalimah-Mu
Fm Eb..   Fm  Bb  Eb
Kalimah cinta teragung..hoo

Senin, 19 September 2016

Analisis Cerpen Badai Laut Biru karya Ahmadun Y. Herfanda | Tugas Bahasa Indonesia

B. Penjelasan Makna

No.
Kata
Penjelasan Makna
1.
Badai
Angin Kencang yang disertai cuaca buruk
2.
Buritan
Bagian belakang perahu
3.
Sauh
Jangkar perahu, alat yang terbuat dari besi
4.
Gelagapan
Bingung , dalam cerpen ini dalam keadaan kritis
5.
Pantai berpasir hitam
Bagian daratan yang menjorok ke laut berupa batuan hitam yang terkikis
6.
Perahu tua
Perahu yang sudah keropos
7.
Bibir perahu
Bagian pinggir Perahu
8.
Senyum Pahit
Senyum Palsu
9.
Wajah simpatik
Wajah yang memiliki rasa peduli
10.
Awak perahu
Anak buah perahu
11.
Pukat harimau

12.
Kuning Langsat
Warna putih kekuning-kuningan dan bersih
13.
Berjuang mati-matian
Berjuang keras untuk mendapatkan hasil yang di inginkan
14.
Gubuk reyot
Gubuk yang sudah rusak
15.
Timur Laut
Mata angin ujung timur bagian timur



C.
1. Kenapa berlatarkan laut ?
Karena menceritakan kehidupan seorang nelayan
2. Apakah pejabat relevan dimasukan kedalam cerita?
Tidak, karena pejabat tugasnya di kantor bukan di laut
3. Apakah pantas jika Rukmini diganti seorang nenek?
Tidak, karena di dalam cerita Rukmini berpacaran dengan Kardi (masa Kardi pacaran sama nenek-nenek :3)
4. Kenapa Rukmini dikisahkan masih berpacaran bukan sudah menikah?
Karena Rukmini masih berusia belia yaitu 16 tahun
5. Bagaimana jika badai diganti menjadi tsunami?
Akhir cerita akan berbeda , mungkin awak perahu tidak akan ada yang selamat

Cerpen Badai Laut Biru karya Ahmadun Y. Herfanda

BADAI LAUT BIRU
karya Ahmadun Y. Herfanda

Siang itu sangat terik. Matahari membakar pantai berpasir hitam hingga terasa membara. Tiang-tiang layar perahu bagai gemetaran dipermainkan angin dan ombak, hingga perahu-perau tua itu bagai menari-nari di bibir pantai. Namun, kehidupan para nelayan terus berjalan, dalam rutinitas, mengikuti kehendak sang alam.
Di atas pasir hitam, tak jauh dari sebuah perahu yang terus menari, Kardi mengemasi bekal-bekal pelayaran, jala dan kail, juga keranjang-keranjang ikan, lalu menaikkannya ke geladak perahunya. Tiba-tiba ombak besar menghantam dinding perahu, sehingga terguncang keras. Kardi yang sedang berpegang pada bibir perahu hampir terpental.
Karena guncangan itu, keranjang-keranjang yang dia tenteng terlepas dan hanyut terseret ombak. Dengan cepat Kardi mengejarnya dan berhasil meraihnya. Tapi sial, yang tertangkap hanya satu keranjang yang paling kecil. Dengan cepat dan sekenanya dia melemparkan keranjang itu ke perahu, sehingga hampir saja mengenai kawannya yang sedang berdiri di geladak, merapikan letak tali layar perahu dan jaring-jaring ikan.
Melihat Kardi kepayahan, lelaki di geladak itu, Salim, dengan tangkas meloncat ke arah Kardi dan mengambil alih keranjang-keranjang yang dibawanya. Setumpuk keranjang yang kokoh itu memang terasa berat karena basah. Sampai di dinding perahu tubuh Kardi sudah hampir lunglai. Salim melemparkan tumpukan keranjang itu ke geladak lalu dengan kedua tangannya yang kekar dia mengangkat tubuhnya dan meloncat ke geladak. Kardi sudah tidak kuat mengangkat tubuhnya sendiri. Salim kembali membantunya, menarik tangan Kardi sampai berhasil naik ke geladak.
"Pelaut macam apa kau! Baru begitu saja sudah mau pingsan," ejek Salim. Kardi hanya tersenyum pahit sambil terus merebahkan tubuhnya di pinggir geladak.
Perahu mereka sesungguhnya sudah sangat tua. Umurnya kira-kira seusia kapten mereka, Pak Ruslan, yang sudah mengawaki perahu itu sejak 20 tahun lalu. Berawak sembilan orang. Enam orang lelaki dewasa, dua orang anak lelaki dan seorang gadis-anak Pak Ruslan-sebagai tukang masak. Panjang perahu kira-kira dua puluh dua meter dengan lebar kira-kira enam meter. Memiliki layar putih yang sudah mulai kecokelatan dan sudah banyak tambalannya, namun mereka belum sempat menggantinya dengan layar yang baru.
Kardi masih berbaring di pinggir geladak ketika ombak semakin ganas menghantami dinding perahu. Dia bagaikan tidur di pinggir ayunan yang lebar dan hangat, membiarkan panas matahari menyengati kulit tubuhnya yang cokelat kehitaman. Seolah dia sudah biasa dibakar sinar matahari seperti itu. Dia sudah tidak pernah lagi ingin memiliki kulit tubuh yang kuning seperti ketika masih sekolah di SMA dua tahun yang lalu.
Kardi masih ingat betul ketika itu memiliki kulit tubuh yang kuning dengan perawakan tinggi dan wajah simpatik. Dia masih ingat betul, ketika itu diperebutkan beberapa gadis yang tergolong berwajah cantik. Dan, dia masih ingat betul ketika berpacaran dengan gadis keturunan Tionghoa, teman sekelasnya. Namun, semuanya telah berlalu bersama kegagalannya meraih cita-cita masuk Akabri. Bersama hilangnya warna kuning kulitnya. Direnggut sang waktu.
Selama dua tahun dia pun berusaha mencari pekerjaan yang layak sesuai dengan ijazahnya, namun hasilnya nihil. Kemudian atas anjuran ayahnya, Kardi ikut menjadi awak perahu milik sang ayah sampai sekarang. Kini dia pasrah saja pada kehendak alam, kehendak sang nasib, kehendak waktu. Akan menjadi apa dia kelak, akan seperti apa kulit tubuhnya, dia pasrah saja. Sedangkan Salim adalah anak pamannya yang bernasib sama, gagal masuk perguruan tinggi negeri dan gagal mencari pekerjaan kantoran.
"Angkat sauh, kita akan segera bertolak!" seru Pak Ruslan dari haluan.
Kardi kaget dan segera bangkit. Dia melihat seseorang telah terjun ke air dan segera melepaskan tali perahu yang terikat pada tonggak di bibir pantai. Kardi segera membantunya dengan menarik tali itu dan menaikkannya ke geladak. Di cakrawala utara tampak mendung hitam bergumpalan. Angin bertiup sedang dari arah barat laut. Tapi, matahari masih tampak bersinar, condong ke ufuk barat.
Dayung-dayung berkecimpung dan perlahan-lahan perahu tua itu meninggalkan daratan melaju ke arah timur laut, semakin ke tengah dan terus ke tengah.
"Kembangkan layar! Angin sudah mulai lambat dan akan berganti arah," teriak Pak Ruslan.
Seorang awak perahu memanjat tiang layar, melepaskan tali pengikat. Salim bersama seorang awak perahu yang lain melepaskan tali layar bagian bawah, Kardi siap dengan merentangkan tali layar membentang ke haluan. Perlahan-lahan layar pun mengembang lalu tertiup angin ke samping kanan. Parahu menjadi tidak seimbang dan miring. Dengan refleks para awak perahu mencari keseimbangan.
"Belokkan haluan ke kanan!" teriak sang kapten lagi.
Juru mudi segera menekankan sirip kemudi melawan arus air di sebelah kanan ekor perahu. Kardi dan Salim membetulkan letak layar dengan menarik tali-talinya. Perahu pun perlahan-lahan membelok 60 derajat ke kanan, kemudian melaju dengan tenang.
Jala-jala yang berwarna biru tua mulai diturunkan. Begitu pula beberapa kail yang telah disiapkan. Kail-kail itu masing-masing diberi pengapung sepotong kayu agar tidak tenggelam ke dasar laut. Jarak antara pengapung dan kail sekitar satu meter. Masing-masing diberi umpan sepotong ikan kecil. Biasanya ikan belanak atau udang. Apabila ada ikan yang memakan umpan, kayu pengapung akan terlihat tertarik-tarik timbul tenggelam di permukaan air itu tertarik menurut larinya ikan.
Tarikan dan gerakan pengapung itu kadang-kadang cepat dan keras, kadang-kadang lemah dan perlahan, tergantung pada jenis dan besar kecilnya ikan. Ikan kakap biasanya menarik umpan dengan cepat dan keras. Ikan tongkol dan ikan tengiri suka memakan umpan dengan menghentak-hentakkannya ke bawah. Semakin besar ikan yang memakan umpan, akan lebih pelan gerakannya, namun terasa lebih berat dan mantap.
Jala-jala yang dipasang di kanan kiri perahu biasanya diangkat seperempat jam sekali, atau sewaktu-waktu bilamana perlu. Sedangkan jala-jala lempar akan dilempar sekali-sekali atau berkali-kali apabila diperkirakan perahu sedang berada di daerah yang banyak ikannya. Seorang nelayan yang sudah berpengalaman dapat membedakan mana air yang banyak mengandung ikan dan mana yang tidak, yang dapat diketahui dari gerak airnya.
*
Perahu tua itu masih melaju dengan tenang sebab belum sampai di daerah sarang ikan yang mereka tuju seperti hari-hari kemarin. Pada saat demikian para awak perahu dapat beristirahat sebentar untuk melepaskan lelah. Kardi dan Salim duduk di emper gubuk perahu, memandang langit yang tampak kebiruan di celah-celah awan putih dan hitam, Matahari timbul tenggelam di balik awan. Mereka mengalihkan pandangan ke laut yang semakin tampak biru. Ikan-ikan kecil banyak berloncatan di kanan kiri perahu. Loncatan ikan yang tinggi kadang-kadang masuk ke geladak perahu.
Kardi mengambil sebungkus rokok dari saku celanannya lalu menawarkannya kepada Salim. Salim melolos sebatang, dan dijepitkan di belahan bibirnya.
"Tumben kau membawa jarum super!"
" Kan kemarin dapat hasil banyak," sahut Kardi seenaknya. Mereka berdua menyulut rokok, mengisapnya dalam-dalam lalu menghembuskan asapnya. Sampai di udara asap rokok itu buyar di koyak-koyak angin laut.
"Kalau hasil kita begitu terus enak, ya."
"Ya, hidup kita bisa sedikit senang. Tapi sekarang panen ikan baru seminggu saja sudah abis, dan hasil kita tidak selalu banyak. Dulu, sebelum ada pukat harimau, panen ikan dapat kita nikmati sampai kira-kira tiga bulan. Waktu itu hasil tangkapan kita dapat untuk membeli apa-apa. Sedangkan sekarang dapat kau lihat sendiri. Kita semakin melarat saja. Untuk membeli perlengkapan perahu saja sangat sulit," keluh Kardi.
"Sekarang kan sudah ada undang-undang yang melarang pukat-pukat harimau beroprasi di daerah kita."
"Ya, tapi apa gunanya undang-undang kalau perampok-perampok ikan itu masih dapat dengan bebas dan seenaknya saja beroperasi di daerah kita."
"Apakah kita tak pernah lapor tentang pelanggaran-pelanggaran mereka?"
"Sampai bosan, Lim. Tapi tak ada hasilnya. Kita bahkan semakin jengkel saja. Teknologi modern kadang-kadang bahkan menjadi alat penindas rakyat kecil. Dan sulitnya lagi kita hidup di negara yang hukum dan undang-undangnya belum menjadi kesadaran yang penuh."
"Kau sudah mendengar tentang perkelahian antara nelayan kecil melawan nelayan pukat harimau di pantai Jepara yang berakhir dengan tragedi pembunuhan?"
"Itu persoalannya juga seperti yang kita alami. Siapa orangnya yang tidak jengkel kalau sumber pangannya dirampok oleh orang lain? Kalau kita tidak sabar-sabar mungkin sejak dulu-dulu kita sudah bentrok dengan para perampok itu."
"Ya, Di. Aku pun merasakan hal itu. Tapi, situasi hanya semakin membuat kita tidak berdaya."
"Itulah, Lim. Situasi hanya semakin memojokkan kita sehingga kita semakin tidak berdaya, kecuali hanya memendam kejengkelan yang semakin mendalam."
Tidak terasa dua batang rokok telah mereka habiskan. Perahu masih melaju dengan tenang. Mendung hitam semakin banyak bergumpalan di langit.
"Kau tidak lapar, Lim?"
"Lapar sih lapar, tapi itu dewimu belum selesai memasak. Rukmi, sudah masak belum? Ini Romeomu suda kelaparan!" Salim berolok-olok, Kardi cuma senyum-senyum saja.
"Sebentar lagi!" teriak Rukmini dari dalam gubuk.
Akhir-akhir ini Salim dapat mengetahui adanya hubungan batin antara Kardi dan Rukmini. Salim sering melihat pada saat-saat senggang Kardi dan Rukmini duduk berdua di buritan atau di emper gubuk. Salimpun dapat menangkap bahwa Rukmini selalu memberikan pelayanan yang istimewa kepada Kardi. Meskipun kadang-kadang dengan agak malu-malu. Secara tak sengaja Salim pernah memergoki Kardi sedang mencium Rukmini di belakang gubuk perahu seperti Slamet Raharjo mencium Christine Hakim dalam film Cinta Pertamayang pernah mereka tonton. Mesra dan lembut.
"Lim, menurutmu Rukmini itu bagaimana?"
"Cakep. Hitam manis," jawab Salim singkat.
"Ya, tentu saja hitam manis. Mana ada gadis nelayan yang kuning langsat seperti model iklan bedak di tivi."
"Ada saja."
"Siapa?"
"Gigimu."
"Bah! Memangnya gigimu selalu kau pepsodent. Aku serius lho, Lim. Maksudku, aku cocok tidak dengan dia?"
"Cocok sekali. Tir pada irenge , sir pada jalitenge . Ya, sama-sama hitamnya. Kalau menjadi satu semakin kelam seperti kepala kereta api kuno."
"Jangan berkelakar, Lim. Ini sungguh-sungguh."
"Memangnya aku tidak sungguh-sungguh."
"Begini Lim, umurku dua puluh dua tahun, sedangkan umurnya baru enam belas tahun."
"Selisih enam tahun. Selisih umur yang bagus untuk suatu perkawinan."
"Kau sok tahu saja."
Salim tertawa kecil.
*
Perahu mulai memasuki daerah sarang ikan. Para awak perahu mulai sibuk melayani alat-alat penangkap ikan. Kardi dan Salim menceburkan diri ke dalam kesibukan itu. Ada sebuah Pukat Harimau yang sedang beroprasi di situ. Padahal daerah itu termasuk daerah terlarang bagi pukat harimau. Ketika kedua perahu itu berdekatan, Pak Ruslan bertepuk tangan dengan keras lalu mengacungkan kepalnya dengan maksud agar sang pukat harimau segera menyingkir dari tempat itu. Rupanya sang pukat harimau tahu diri. Perahu itu segera menyingkir ke tengah.
Para awak perahu Kardi semakin sibuk dengan ikan-ikan yang tertangkap jala dan kail mereka. Dua keranjang sudah hampir penuh ikan. Dalam kesibuk-an itu tiba-tiba mereka dikejutkan oleh pukat harimau tadi yang melaju dengan cepat dari timur laut ke arah perahu mereka. Pak Ruslan segera berdiri dan menanti apa maksud perahu itu. Ketika sang pukat sudah sangat dekat dengan perahu Kardi, seseorang yang sedang berdiri di haluannya berteriak keras, "Cepat tinggalkan tempat ini! Pesawat radar kami mengisyaratkan bahwa badai akan melanda tempat ini!"
Pak Ruslan hampir tidak percaya dengan berita itu. Kardi menatap langit. Langit telah berubah menjadi kelam dengan medung hitam yang bergumpalan tebal berarak ke selatan. Langit seperti mau runtuh. Pak Ruslan segera melihat berkeliling. Dia melihat tanda-tanda yang aneh. Laut di sekeliling perahunya tampak tenang tanpa ombak sedikitpun. Bagai laut mati. Dia yang sudah berpengalaman segera memberi perintah: "Cepat kita tinggalkan tempat ini! Badai betul-betul akan datang!"
Para awak perahu bagai tersentak. Semua segera kembali ke bagiannya masing-masing. Haluan diputar. Kemudian dengan dibantu dayung-dayung, perahu segera dilaju ke barat daya. Namun terlambat. Suara gemuruh sekonyong-konyong datang dari arah timur laut.
Angin mendadak menerpa sangat keras, disertai ombak yang semakin besar menghantami dinding perahu mereka tanpa kenal ampun. Perahu tua itu terguncang-guncang keras. Dengan susah payah mereka menggulung layar untuk menghindari amukan angin. Tapi angin kencang lebih kuat menghantamnya. Layar tua itu terkembang kembali dengan keras bagai dihentakkan. Perahu hampir terbalik. Dan "kreeekk," layar tua itu robek. Perahu terayun-ayun keras bagai sepotong papan yang tak berarti, lalu perlahan-lahan miring ke kanan dan seluruh isi geladak tiba-tiba terlempar ke laut.
Pak Ruslan dengan sigap melemparkan ban-ban dan pelampung. Kardi terbanting ke geladak dengan keras ketika sedang berusaha mengambil sebuah ban yang tergantung di ujung buritan. Rukmini dengan wajah pucat berpegang erat pada tinag pintu gubuk. Ia mejerit keras ketika tiang layar di depannya patah diterjang angin dan terempas ke buritan. Dan, "brruuuaaakk!" gubuk reyot di atas perahu itu pun dihempaskan angin dan roboh menghantam dinding parahu.
Bersamaan dengan itu, Pak Ruslan yang masih berpegangan pada dinding perahu berteriak keras: "Selamatkan diri kalian masing-masing. Perahu akan terbalik. Bersamaan dengan itu pula Kardi meloncat ke laut. Namun, begitu mendengar jeritan Rukmini, dia segera berbalik dan merangkak naik kembali ke perahu. Separo tubu Rukmini tertindih pagar yang roboh tadi. Kardi mengangkat pagar itu. Rukmini merangkak keluar. Seluruh tubuhnya sudah basah kuyup.
Pada detik-detik yang menegangkan itu, dengan cepat Kardi menarik tubuh Rukmini untuk bersama-sama meloncat ke laut yang bergelombang besar. Ketika keduanya masuk ke air, Rukmini terlepas dari pegangannya dan tenggelam ditelan ombak. Dengan mata dan tangannya dia mencari-carinya. Sepintas dia melihat perahunya terbalik. Pada saat terakhir itu Pak Ruslan meloncat ke laut. Semuanya berlangsung dengan sangat cepat.
Kardi melihat Rukmini muncul dari dalam air dengan gelagapan. Dia cepat-cepat mengejarnya dan dia berhasil mengepit tubuh Rukmini dengan tangan kirinya. Lalu berenang dengan susah payah. Rukmini lemas.
"Aku tidak bisa berenang lagi, Mas. Rasanya kakiku ada yang patah."
"Kuatkan hatimu, Rukmi. Berdoalah semoga badai segera reda dan pertolongan segera datang."
"Tubuh Kardi juga semakin lemas. Dia hanya dapat berusaha untuk mengambang saja di permukaan air. Untung badai semakin reda. Namun dia menyadari bahwa kekuatannya sangat terbatas. Mungkin sebentar lagi tenaganya habis dan tentu saja akibatnya sangat fatal kalau pertolongan tidak segera datang. Kardi ngeri memikirkan itu. Matanya mencari-cari kalau-kalau ada kayu atau ban yang terapung di sekitarnya yang dapat digunakan untuk tempat bertumpu.
Pada saat itu Pak Ruslan juga sedang berjuang mati-matian. Dengan susah payah ia berhasil menjebol selembar papan geladak perahu yang telah terbalik dan dengan selembar papan tersebut dia bermaksud mencari anaknya.
"Kardi. Rukmini. Syukurlah kalian masih hidup. Papan ini hanya cukup untuk kalian berdua. Pakailah." Pak Ruslan memberikan papan itu pada mereka.
"Pak Ruslan bagaimana?"
"Jangan pikirkan diriku yang sudah tua begini. Kalian masih punya harapan hidup yang panjang. Selamatkan anakku!"
Pak Ruslan meninggalkan mereka, berenang menembus ombak, dan hilang dari pandangan mereka. Melihat itu, Rukmini menelungkupkan mukanya ke atas papan dan menangis sejadi-jadinya.
*
Sekitar setengah jam kemudian, badai benar-benar reda dan laut pun kembali tenang. Kapal pukat harimau tadi mendekati mereka dan mengangkat keduanya. Sampai di geladak keduanya pingsan.
Seperempat jam kemudian Kardi membuka matanya. Salim sudah berjongkok di sampingnya sambil tersenyum-senyum. Rukmini juga terbangun dan duduk bersandar pada dinding perahu.
"Oh, Lim. Di mana kita sekarang?"
"Di atas pukat harimau. Kita tidak jadi masuk akherat."
"Di mana Pak Ruslan dan yang lain?"
"Jangan khawatir. Semuanya selamat. Cuma kau dan dewimu yang pingsan. Maklum, kalian memang bukan pelaut sejati."
"Kalau tadi Pak Ruslan tidak memberikan selembar papan kepada kami entah kami sudah jadi apa. Mungkin telah tenggelam berdua dimakan hiu. Dia memang betul-betul seorang kapten yang bertanggung jawab."
"Ya.... Untung tadi aku kebagian sebuah ban. Nah, sekarang kusarankan padamu. Cepat-cepatlah nikahi Rukmini. Jangan berpacaran di tengah laut lagi, agar tidak dikutuk Dewa Laut seperti tadi."
Kardi cuma tersenyum kecut. Rukmini tersipu-sipu. Dengan cengar-cengir Salim lantas meninggalkan mereka menuju buritan.
Yogyakarta , 1979/2004

Minggu, 18 September 2016

Conto Analisis Sajak Basa Sunda Nyalira | Pancen Basa Sunda

Nyalira

Karya : Hamba Allah
Balik ti Sakola kuring nyalira
Nyalira henteu jeung sasaha
Mawa kantong ti sakola
Ieu awak geus cape kacida

Nepi di imah
Kuring nyimpen kantong dina lomari
Taya sasaha di imah
Ngan aya ucing di korsi

Kuring geus teu kiat hirup nyalira
Gusti
Kuring ngan bisa ngadu’a
Ngadu’a ameh ditarima ku gusti

# Analisis Sajak
1. Tema : Perjuangan Hirup
sabab ieu sajak nyaritakeun hiji jalma anu tos putus asa hirup nyalira
2. Suasana : Pikasediheun
3. Imaji : Katiteun tina jalma anu geus putus asa, jadi imaji nu dipake nyaeta rarasaan ku eta panyajak teh
4. Simbul : simbul dina sajak ieu teh keur putus aya sabab hirup ngan nyalira taya sasaha 
5. Wirahma : alusna di baca make rarasaan






Pengertian Rakyat Penduduk Warga Negara Kewarganegaraan WNI dan Bangsa | Tugas PPKn

1. Rakyat adalah seluruh orang yang berada pada suatu wilayah Negara dan taat pada kekuasaan Pemerintah tersebut.

2. Penduduk menurut UUD 1945 Pasal 26 Ayat 2 adalah Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing yang bertempat tinggal di Indonesia.

Penduduk adalah orang-orang yang berada didalam suatu wilayah yang terikat oleh aturan aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama lain secara terus menerus.

3. Warga Negara menurut UUD 1945 Pasal 26 Ayat 1 adalah Orang-orang bangsa Indonesia Asli dan bangsa lain yang disahkan oleh undang-undang.

Warga Negara adalah orang yang berdasarkan hukum menjadi penduduk suatu negara.

Warga Negara menurut UU no.12 tahun 2006 Pasal 1 angka 1 adalah Warga suatu Negara yang ditetapkan berdasarkan Perundang-undangan.

4. Kewarganegaraan menurut UU no.12 tahun 2006 Pasal 1 angka 2 adalah segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara.

5. WNI adalah orang yang diakui oleh UU sebagai Warga Negara Republik Indonesia.

WNI menurut UU no.12 tahun 2006 Bab 2 Pasal 4 adalah
a. setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia;
b. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia;
c. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia dan ibu warga negara asing;
d. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan ibu Warga Negara Indonesia;
e. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut;
f. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara Indonesia;
g. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia;
h. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin;
i. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya;
j. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui;
k. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya;
l. anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan;
m. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

6. Bangsa adalah suatu kelompok manusia yang dianggap Nasional memiliki Identitas bersama dan mempunyai kesamaan bahasa , agama , ideologi , budaya , dan sejarah.
 
Seorang Pelajar Blogger Template by Ipietoon Blogger Template